Category Archives: Bencana Alam

Menelusuri Jejak Kapal Perang Belanda Berouw Yang Hanyut Oleh Tsunami Krakatau Di Sungai Kuripan

Dua besi hitam berkarat dengan tuas panjang teronggok di tepi kolam ikan di belakang rumah Suwardi (61), warga Kampung Brau, Teluk Betung, Lampung. Berkali-kali datang pemburu besi tua menawar, tetapi Suwardi bersikukuh tak menjualnya.
“Ada yang menawarkan dua juta rupiah, tetapi saya tak cari uang lagi dari barang ini,” kata Suwardi. Ia menemukan besi tua berbentuk segitiga itu saat menjala ikan di Sungai Kuripan di belakang rumahnya pada awal 2001. Butuh empat orang untuk mengangkatnya dari sungai. Bobot besi tersebut diperkirakan lebih dari 150 kilogram.
Suwardi bukannya tak butuh uang. Namun, baginya, besi tua itu adalah sejarah berharga yang mesti dipelihara. Satu-satunya kenangan tersisa, yang membuat nama desanya, Brau—diambil dari kataberouw, dalam bahasa Belanda berarti penyesalan—dikenal hingga luar negeri dan ditulis dalam buku.
“Besi ini sisa Kapal Berouw yang dulu pernah terdampar di Sungai Kuripan,” katanya. Suwardi lalu menunjukkan posisi kapal perang Angkatan Laut Belanda tersebut, yang dulu melintang di badan Sungai Kuripan selebar 7 meter. Saat ini, tempat terdamparnya kapal itu telah berubah menjadi bendungan PDAM Way Rilau.
Lokasi terdamparnya kapal tersebut, 3,3 kilometer dari Pantai Teluk Betung, menjadi saksi kedahsyatan tsunami akibat letusan Krakatau, 27 Agustus 1883. “Sekitar pukul tujuh pagi, kami melihat gelombang sangat tinggi. Kapal Berouw terangkat melewati pohon kelapa,” demikian catatan Kapten TH Lindeman, nakhoda Kapal GG Loudon. Saat ombak tinggi menerjang, Lindeman yang dalam perjalanan dari Anyer ke Sibolga bermaksud menepikan kapal berpenumpang 111 orang itu ke Pelabuhan Teluk Betung.
Namun, kapten Kapal Berouw memperingatkan Lindeman agar jangan mendarat. Kapten Lindeman membuang sauh agak di tengah laut. Bagi pelaut, ombak di tengah laut lebih tidak berbahaya ketimbang di dekat daratan.
Berhasil menyelamatkan Kapal GG Loudon, kapten Kapal Berouw ternyata gagal menyelamatkan kapalnya. NH van Sandick, penumpang Kapal GG Loudon, menyaksikan ombak tinggi mengangkat Kapal Berouw dan memutuskan rantai sauhnya. Kapal perang tersebut diempaskan ke muara Sungai Kuripan, lalu ombak besar kembali menghantam sehingga Kapal Berouw diempaskan ke lembah nun jauh di tengah hutan.
Pada September 1883, tim dari Belanda mengunjungi Sungai Kuripan dan melaporkan kapal itu terdampar dalam kondisi utuh di ketinggian 38 meter dari permukaan laut.
Jejak yang dijual
Setelah bertahan puluhan tahun, awal 1970-an, tubuh kapal mulai rusak. Bukan oleh tsunami atau cuaca, melainkan karena dipereteli. Warga pendatang, yang kebanyakan dari Jawa, melihat kapal itu mengganggu aliran sungai lalu memereteli dan menjual bagian-bagiannya.
“Saya pernah menjual baut dan lempengan besi dari kapal itu. Beratnya 130 kilogram,” kata Suwardi. Ia juga pernah menemukan balok kayu kapal yang sudah membatu, yang kemudian diminta Pemerintah Provinsi Lampung.
Pada tahun 1979, menurut Suwardi, kapal yang telah dipereteli ini dihanyutkan banjir bandang hingga ke bawah jembatan di Desa Olok Gading. Di lokasi inilah nasib kapal perang ini tamat. “Warga berebut memereteli sisa tubuh kapal dan menjualnya,” kata Imron (56), warga Olok Gading.
Pemerintah melupakan kapal ini dan tutup mata terhadap perusakan itu. Namun, peneliti dan turis asing, terutama dari Belanda, sering berkunjung ke sana melihat sisa-sisa Kapal Berouw atau sekadar melihat bekas lokasi terdamparnya.
Setelah tubuh Kapal Berouw habis, barulah Suwardi dan warga desa yang lain mulai menyadari pentingnya Kapal Berouw dalam sejarah. Pemerintah Provinsi Lampung meratapi hilangnya Berouw. Mereka kini berancang-ancang membangun tiruan kapal. “Kami berharap replika ini akan menjadi ikon baru Lampung untuk memajukan pariwisata,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Gatot Hadi. Namun, pembuatan replika tak mudah. “Kami pelajari dulu bentuk kapalnya dulu seperti apa,” katanya.
Merawat ingatan
Kapal Berouw hanyalah satu drama kecil dibandingkan dengan kedahsyatan letusan Krakatau pada 1883. Tsunami yang terjadi setelah keluarnya awan panas dari Krakatau menghancurkan pesisir Banten dan Lampung. Setidaknya 36.417 orang tewas dan 163 desa hancur.
Jejak petaka itu dikisahkan samar-samar oleh Ratu Supiah (90), warga Caringin, Kabupaten Pandeglang, Banten. Dengan suara pelan dan terpatah-patah dia bercerita. “Waktu itu langit tiba-tiba gelap. Air laut mendadak surut,” kata Supiah, menirukan cerita kakeknya, Sheikh Asnawi. “Kakek yang curiga dengan keanehan itu mengajak tetangga dan keluarga lari ke tempat lebih tinggi. Namun, mereka tak mau pergi. Tetangganya tergiur melihat banyak ikan di pantai.”
Tiba-tiba air laut datang menggulung hingga 4 kilometer ke daratan. Asnawi memandu keluarganya lari ke Menes, Desa Muruy. Setelah petaka reda, Asnawi kembali ke kampungnya yang rata dengan tanah dan dipenuhi mayat. Nyaris semua warga desa meninggal. “Asnawi mengajarkan kepada keturunannya untuk selalu waspada jika Krakatau meletus, terutama jika laut surut karena pasti akan ada gelombang besar,” tutur Supiah.
Namun, petuah dan kisah dari Asnawi tak banyak diketahui lagi. Putra Supiah, HRA Syaukatuddin Inayah, mengatakan, generasi muda tak banyak lagi yang peduli. Bahkan, Syaukatuddin juga hanya tahu sedikit kisah Krakatau. Dia harus memanggil ibunya yang sudah sepuh itu untuk mengisahkan gelombang raksasa yang pernah menghancurkan desanya itu.
Sebagaimana Kapal Berouw habis dipereteli, ingatan warga tentang petaka yang diwariskan secara lisan oleh para tetua itu pun memudar. Pudarnya ingatan berarti hilangnya pula kewaspadaan terhadap Anak Krakatau yang tengah membangun kembali kekuatan.
Kini, Suwardi hanya bisa menyesali hilangnya Kapal Berouw, kapal “penyesalan” itu, dengan mempertahankan dua tuas yang tersisa. Suwardi dengan bagian terakhir Kapal Berouw yang dia temukan di Lembah Sungai Kuripan, Kampung Berouw, Kelurahan Negeri Olok Gading, Teluk Betung, Bandar Lampung, Kamis (11/8/2011). Di lembah sungai tersebut, ia mendapati sisa bagian dari kapal yang hanyut terbawa tsunami dari meletusnya Krakatau tahun 1883. Kampung di lembah itu kemudian diberi nama Kampung Berouw.

Sejarah Gempa Besar dan Tsunami Yang Pernah Melanda Bali Sejak 1815

Hari ini, Bali diguncang gempa berkekuatan 6,8 skala Richter dengan intensitas 4 MMI. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pada pukul 10.16 WIB dengan pusat gempa di 143 kilometer barat daya Nusa Dua pada kedalaman 10 km.
Setidaknya tujuh gempa susulan terjadi setelah gempa di pagi hari itu. Salah satunya adalah gempa berkekuatan 5,6 skala Richter pada pukul 14.52 Wita. Pusat gempa susulan ini terjadi di 131 km barat daya Nusa Dua dan juga pada kedalaman 10 km.
Lindu yang getarannya terasa hingga Mataram, Malang, dan Yogyakarta dengan kekuatan lebih dari 6 SR ini bukan yang pertama kali menggoyang “Pulau Dewata”. Sejarah mencatat bahwa Bali pernah diguncang gempa yang lebih dahsyat dan mengakibatkan tsunami.
Peneliti gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya, mengatakan, gempa besar pernah terjadi di Bali pada tahun 1800-an. Gempa besar juga pernah terjadi pada 1979.
Berdasarkan data USGS, setidaknya ada 8 gempa besar yang pernah terjadi di Bali. Salah satu gempa paling tua yang tercatat terjadi pada 22 November 1815 dan 21 Januari 1917. Dalam sejarah gempa, kejadian tersebut dikatakan besar sebab kekuatannya mencapai 7 SR.
Gempa lain terjadi pada 14 Juli 1976, 26 Januari 1977, 21 Mei 1979, 20 Oktober 1979 dan 17 Desember 1979. Magnitude gempa tersebut bervariasi, mulai dari 5 SR sampai 6,6 SR.
Publikasi I Wayan Sengara dan rekannya dari Institut Teknologi Bandung menjelaskan bahwa beberapa gempa di Bali tergolong mematikan. Gempa pada 17 Desember 1979 di Karangasem menyebabkan 400 orang luka. Adapun gempa pada 29 Maret 1862 di Buleleng mencapai intensitas 7 MMI.
Data NOAA mengungkap bahwa ada beberapa gempa Bali yang mengakibatkan tsunami. Gempa 22 November 1815 mengakibatkan tsunami dan menewaskan 1.200 orang. Gempa 13 Mei 1857 juga mengakibatkan gejolak ombak setinggi 3,4 meter dan gempa 20 Januari 1917 mengakibatkan tsunami setinggi 2 meter.
“Secara umum, frekuensi gempa di Bali termasuk sedang. Untuk gempa di bawah 7 skala Richter, cukup banyak terjadi di bagian utara dan timur Bali. Kalau dibandingkan dengan gempa di utara Bali, gempa di selatan seperti hari ini lebih jarang,” kata Danny.
Meski demikian, Danny mengungkapkan perlunya meneliti lebih lanjut patahan-patahan yang berpotensi menyebabkan gempa di Bali. Sejauh ini pemetaan telah dilakukan dan penelitian tentang sifat serta potensi gempa yang mungkin terjadi sedang direncanakan.
Danny Hilman Natawijaya, pengamat gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan bahwa patahan di wilayah sekitar Bali yang berpotensi mengakibatkan gempa bumi dan tsunami belum banyak diteliti.
“Pemetaan patahan sebenarnya sudah dilakukan. Tetapi, penelitian tentang sifat, sejarah patahan tersebut dan potensi gempa yang bisa ditimbulkan di masa yang akan datang belum banyak diteliti,” katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/10/2011).
Danny mengungkapkan, ada beberapa patahan yang kini sudah diidentifikasi, salah satunya adalah Patahan Bali Utara. Sementara itu, patahan lain juga terdapat di wilayah timur Bali. Di wilayah selatan Bali terdapat zona subduksi yang juga berpotensi menimbulkan gempa.
Meski demikian, Danny mengatakan, “Banyak peristiwa gempa di Bali yang kita belum tahu pasti patahan mana yang menyebabkan. Seperti gempa besar tahun 1800an itu, kita juga belum tahu pasti. Gempa hari ini kita juga belum tahu pasti.”
Danny mengatakan, pemetaan dan penelitian tentang karakteristik patahan yang berpotensi mengakibatkan gempa di Bali harus dilakukan. “Kita sudah berencana untuk memasang GPS di utara dan selatan Bali. Jadi sebenarnya sudah ada rencana untuk meneliti ke sana,” tutur Danny.
Hari ini gempa mengguncang Bali dengan kekuatan 6,8 skala Richter dan magnitud 4 MMI. Gempa dirasakan oleh warga Mataram, Malang, Surabaya hingga Yogyakarta. Sejumlah gempa berkekuatan lebih kecil menyusul sesudahnya.
Dalam sejarah, Danny mengatakan, cukup banyak gempa berkekuatan rendah terjadi di wilayah utara dan timur Bali. Gempa dengan episentrum di wilayah selatan Bali seperti hari ini tergolong jarang terjadi. Secara umum, frekuensi terjadinya gempa besar di Bali dikatakan sedang.
Gempa besar yang pernah terjadi di Bali antara lain pada 17 Desember 1979 di wilayah Karangasem. Adapun salah satu gempa tertua yang tercatat adalah pada 29 Maret 1862. Setidaknya ada tiga gempa yang mengakibatkan tsunami, terjadi pada 12 November 1815, 13 Mei 1857, dan 21 Januari 1917.
Guncangan gempa susulan masih terus terasa mengguncang Denpasar, Bali. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mencatat tujuh kali gempa susulan terjadi.
Namun, enam gempa susulan tidak terasa. Gempa susulan ketujuh terasa kuat sekitar 5 detik terjadi sekitar pukul 15.40 Wita. Menurut BKMG, gempa susulan ini berkekuatan 5,6 SR.
Guncangan yang cukup terasa membuat orang berhamburan keluar rumah. Namun, sejauh ini tidak dilaporkan terjadi kerusakan tambahan. Diperoleh laporan, gempa susulan itu juga terasa di Jember.
Informasi BMKG menyebutkan, gempa susulan terasa paling kuat di Denpasar dan Mataram. Masing-masing dengan kekuatan getaran antara III-IV Skala MMI (modified mercally intencity).

Nusa Dua Denpasar dan Ubud Bali Dilanda Gempa Besar Skala 6,8 Ritcher

Bali diguncang gempa bumi berskala Richter 6,8, demikian laporan sejumlah saksi seperti dilaporkan Metro TV, Kamis. Menurut laporan itu, gempa bumi membuat warga Bali panik. “Goncangannya sangat kuat. Kita yang di dalam mobil saja merasakan,” kata Stevani, warga Jakarta yang berkunjung ke Bali, kepada stasiun televisi berita nasional itu.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, gempa yang dirasakan warga Bali cukup besar ini tidak berpotensi tsunami, sedangkan pusat gempa berada 143 km arah barat daya Nusa Dua, Bali. Kedalaman gempa disebutkan 10 kilometer, sedangkan gempa bumi terjadi pada 10.16 WIB dan dirasakan oleh tidak hanya Bali, tapi juga sejumlah daerah di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Kota Denpasar dan sekitarnya diguncang gempa sehingga menimbulkan kepanikan warga masyarakat setempat.
Warga masyarakat, anak-anak sekolah dan pegawai yang sedang melakukan aktivitas keseharian tumpah ruah ke luar ruangan, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Di pusat perkantoran kawasan Niti Praja Lumintang, Kota Denpasar misalnya saat gempa yang terjadi sekitar pukul 11.24 Wita itu, sebagian besar karyawan instansi pemerintah berhamburan ke luar gedung.
Demikian pula anak-anak Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar (SD) di sekitarnya berhamburan ke luar menyelamatkan diri. Gempa yang mengentarkan jendela kaca bangunan cukup terasa keras dan lama itu pusat gempa di barat daya nusa dua dengan kedalamam 10 kilometer. Kekuatan gempa 6,8 kala Richter (SR), namun tidak berpeluang tsunami.
Gempa berkekuatan 6,8 skala richter (SR) mengguncang Mataram dan Pulau Sumbawa, Kamis (13/190) sekitar pukul 10.15 WITA, menyebabkan sebagian warga berhamburan ke luar rumah.
Informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang diterima Kamis, pusat gempa pada koordinat 9.89 Lintang Selatan (LS)-114.53 Bujur Timur (BT) pada kedalaman 10 kilometer dan gempa berada sekitar 143 kilometer barat daya Nua Dua Bali. Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami.
Selain di Kota Mataram dan sekitarnya gempa dirasakan cukup keras di Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat menyebabkan sebagian warga berhamburan keluar rumah. Bambang Mardiansyah, warga Desa Labuan Lalar mengatakan gempa dirasakan cukup keras, menyebabkan sebagian warga berlari keluar rumah. Bahkan anak-anak yang sedang tidur berlarian keluar rumah. Masyarakat khawatir gempa itu diikuti Tsunami.
Gara-gara gempa 6,8 SR di lepas pantai Nusa Dua, Bali, Bandara Ngurah Rai, Denpasar kena dampak. Plafon dan dinding keramik gedung bandara berjatuhan. “Di Ngurah Rai Bali, di terminalnya ada beberapa plafon akustik yang berjatuhan kemudian ada untuk di gedung perkantorannya di beberapa dinding keramik jatuh, lepas, dan semua langsung dilakukan pembersihan,” jelas Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bambang S Ervan ketika dihubungi detikcom, Kamis (13/10/2011).
Sementara penerbangan berjalan seperti biasa, tidak ada pengaruh terhadap landasan. Sedangkan di Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Benoa, dan Pelabuhan Padang Bai tidak ada kendala walupun getaran gempa terasa keras sekali. Semua bangunan dan fasilitas tidak ada kerusakan. “Operasional pelabuhan terus berjalan. Hanya di Pelabuhan Lembar (Lombok) saja yang belum bisa kita kontak,” jelas Bambang.
Gempa susulan masih terjadi di Bali menyusul guncangan gempa utama berskala 6,8 SR. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan terus memantau gempa yang terjadi di Bali. “Biasanya kalau gempa besar pasti diikuti dengan gempa susulan. Tapi kapan itu kita nggak tahu. Sampai sekarang nggak bisa diprediksi,” ujar staf operasional informasi gempa bumi BMKG, Meita saat dihubungi detikcom, Kamis (13/10/2011).
Meita mengatakan, hingga kini pihaknya memang belum menerima informasi adanya gempa susulan di sejumlah daerah yang merasakan guncangan gempa berskala 6,8 SR tersebut. “Kalau sekarang belum ada gempa susulan,” jelasnya. Pusat gempa di Bali berada di 143 km barat daya, Nusa Dua, Bali. Magnitudenya 6,8 SR dengan kedalaman 10 km. Gempa ini terjadi pada pukul 10.16 WIB.
Goyangan gempa Bali benar-benar membuat warga panik. Termasuk yang berada di Hotel Fave di kawasan Jl Teuku Umar, Denpasar. Para tamu hotel itu berhamburan keluar menyelamatkan diri saat goyangan gempa dirasakan. Pantauan detikcom, Kamis (13/10/2011) tamu hotel tampak berkumpul di luar hotel. Gempa yang dirasakan cukup lama ini benar-benar membuat shock. Meski tidak ada korban jiwa, para tamu tampak masih setengah tidak percaya ada gempa.
Karena gempa terjadi sekitar pukul 11.00 Wita, umumnya para tamu di lantai 4 itu sudah berpakaian rapi. Tidak tampak di antara mereka yang memakai handuk atau pakaian tidur.”Gempa bikin kaget, bikin panik,” terang Deco, seorang tamu hotel.
Tidak ada bangunan hotel yang rusak. Kondisi kini berangsur tenang. Warga di sekitar hotel yang juga sempat memenuhi pinggir jalan berangsur kembali ke tempat mereka. Lalu lintas di kawasan Teuku Umar yang sebelumnya sempat tersendat kini sudah kembali normal.
Gempa 6,8 SR yang mengguncang Bali membuat warga di sekitar Ubud panik. Sejumlah warga langsung berhamburan ke luar rumah. “Ya lumayan panik. Semua pada keluar rumah sambil teriak-teriak,” ujar warga Jl Kajeng No 33, Ubud, Sudiana saat dihubungi detikcom, Kamis (13/10/2011).
Sudiana mengatakan, gempa terjadi sekitar pukul 11.16 Wita. Gempa terjadi selama kurang lebih 30 detik hingga 1 menit. 15 Detik pertama, guncangan dirasakan cukup keras. Hingga membuat beberapa Ibu-ibu di sekitar Jl Kajeng muntah.
“Keras banget ini guncangannya. Ada 2 ibu-ibu ini pada muntah,” jelasnya. Menurut Sudiana, para warga kini masih berada di luar rumah karena khawatir akan ada gempa susulan lagi. “Masih pada di luar rumah. Kelihatannya nggak ada bangunan roboh atau korban jiwa. Tapi saya nggak tahu juga,” ujarnya.

Letusan Gempa Vulkanik Gunung Lokon Sulawesi Utara Meningkat Tajam

Gempa vulkanik Gunung Lokon di Provinsi Sulawesi Utara meningkat lagi di periode enam jam sejak pukul 00.00 WITA-06.00 WITA, Rabu (5/10).
“Di pagi ini terekam sebanyak 16 kali gempa vulkanik dalam. Memang ada peningkatan kegempaan dari biasanya,” ujar staf Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Yudi, di Tomohon, Rabu.
Di periode waktu ini, pos pengamatan Gunung Lokon mencatat terjadi 16 kali gempa vulkanik dalam (VA) dengan amplitudo 7-45 milimeter, lama gempa 3-12,5 detik.
Sedangkan gempa vulkanik dangkal (VB) terjadi sebanyak 12 kali dengan amplitudo 3-7 milimeter dengan lama gempa 3-7,5 detik. Gempa embusan terjadi sebanyak 10 kali dengan amplitudo 3-45 milimeter, lama gempa 30-120 detik.
24 jam sehari sebelumnya, Selasa (4/10) tercatat sebanyak tiga kali gempa tektonik, dan dua kali gempa tektonik jauh. Sedangan gempa vulkanik dalam terekam sebanyak dua kali dan gempa vulkanik dangkal terekam sebanyak 20 kali. Gempa embusan mendominasi kegempaan di mana tercatat sebanyak 26 kali.
“Ini mengartikan suplai energi dari dalam masih terus terjadi. Namun kami belum bisa memastikan bagaimana perkembangan ke depannya,” kata Yudi.
Sementara itu dikatakan kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, di Kakaskasen, Farid Ruskansda Bina, mereka sementara mengevaluasi kegempaan yang terjadi di kawah Tompaluan, Gunung Lokon 18 jam ke depan.
“Yang pasti terjadi peningkatan kegempaan vulkanik dalam dan vulkanik dangkal. Memang terjadi dua kali gempa embusan dengan amplitudo maksimum,” jelasnya.
Dia juga mengatakan, bila aktivitas kegempaan terus meningkat potensi terjadinya letusan memungkinkan.
“Letusan memungkinkan terjadi. Tapi kita tidak bisa pastikan kapan terjadinya,” kata Farid.
Namun kata Farid, terpenting adalah bagaimana warga mematuhi radius bahaya Gunung Lokon yakni tidak melakukan aktivitas di 2,5 kilometer dari kawah Tompaluan

Angin Puting Beliung dan Hujan Es Landa Bandung Selatan

Angin puting beliung yang diiringi hujan es selama 30 menit melanda kawasan Bandung Selatan, sekitar pukul 17.00 WIB Rabu. Angin yang menerbangkan seng atap rumah itu membikin panik warga setempat.
“Angin berputar-putar kencang dan es bergemeretak menimpa genting, kami tak berani berada di dalam rumah dan memilih berkumpul dengan tetangga di salah satu rumah,” kata Nani, salah seorang warga.
“Siangnya tidak ada tanda-tanda akan hujan, namun sore hari mendadak berawan dan diikuti angin kencang. Beberapa saat kemudian hujan deras disertai es sebesar kelereng,” kata Dasih (47) warga Desa Pakutandang Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.
Mengantisipasi hal buruk, aliran listrik di kawasan itu dipadamkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan kembali menyala pukul 18.00 WIB setelah hujan dan angin reda.
Hujan deras yang turun di kawasan Bandung Selatan itu merupakan yang pertama kali sejak sebulan terakhir. Sehingga masyarakat sempat kaget dengan hujan deras yang mendadak itu.
“Mudah-mudahan saja kejadian ini tidak menimbulkan kerusakan,” kata Nani menambahkan

Gunung Lokon Kembali Meletus Dengan 10 Kali Muntahkan Debu Vulkanik

Gunung Lokon di Sulawesi Utara meletus lagi dengan ketinggian sekitar 2.500 meter dari kawah Tompaluan, Minggu 28 Agustus 2011.
“Rangkaian peningkatan kegempaannya mulai terekam sejak Sabtu (27 Agustus) sekitar pukul 20.00 WITA,” kata Kepala Bidang Mitigasi dan Pergerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Gede Swantika, di Tomohon, Minggu 28 Agustus 2011.
Menurut Swantika, sebelum terjadi letusan 07.51 WITA, sejak pukul 00.00-06.00 WITA telah terjadi sebanyak 69 kali gempa vulkanik. Gempa vulkanik dalam yang terekam sebanyak 37 dan gempa vulkanik dangkal sebanyak 32 kali.
“Semakin banyak gempa vulkanik yang terjadi, semakin tinggi potensi letusan dengan kategori besar,” kata Swantika.
Meski aktivitas vulkanik terus meningkat, menurut Swantika status Gunung Lokon masih siaga level III. “Belum ada peningkatan status atau penurunan. Memang aktivitasnya sementara meningkat,” ujarnya, menambahkan.
Gunung Lokon meletus pada 14 dan 17 Juli 2011 setelah hampir 20 tahun aktivitasnya menurun. Pada 10 Juli 2011 statusnya dinaikkan dari siaga level III ke awas level IV. Pascaletusan, statusnya pada 24 Juli diturunkan dari awas level IV ke siaga level III.
Gunung Lokon di Provinsi Sulawesi Utara terus meletus dan tercatat 10 kali mengeluarkan debu vulkanik yang mengarah ke utara dan barat daya dari kawah. “Kami mencatat telah terjadi 10 kali letusan skala kecil sejak pukul 00.00-17.00 WITA. Ketinggian debu diperkirakan mencapai 300 meter,” ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Tomohon, Sabtu (27/8).
Frekuensi letusan kali ini menurut Farid agak menurun dibandingkan dengan letusan yang terjadi Jumat (26/8). Frekuensi letusan sehari sebelumnya mencapai 19 kali. Begitu pun dengan gempa hembusan. Saat ini frekuensi yang tercatat sebanyak 27 kali sejak pukul 00.00-12.00 WITA. Dibandingkan sehari sebelumnya, gempa seperti ini terjadi sampai 51 kali.
“Bisa saja gempa hembusan yang terjadi mendekati atau bahkan melebihi frekuensi gempa yang terjadi sehari sebelumnya. Rekaman frekuensi gempa yang terjadi pukul 12.00-18.00 WITA masih belum dihitung,” jelasnya.
Farid juga menjelaskan, secara visual asap yang keluar dari kawah Tompaluan (kawah yang terbentuk di antara Gunung Lokon dan Gunung Empung) putih hingga keabuan cukup tebal. Asap tebal ini bisa mengindikasikan terjadinya pembakaran belerang atau air disertai gas, serta ada suplai energi dalam kantong magma. “Keluarnya asap seperti ini bisa dikatakan aktivitas vulkanik cukup tinggi dan memungkinkan terjadi letusan,” kata Farid.
Gunung Lokon Rabu (17/8) kembali meletus setelah dua kali letusan sebelumnya tanggal 14 dan 17 Agustus 2011. Hingga kini dari kawah Tompaluan masih terjadi letusan-letusan kecil dengan frekuensi yang terus meningkat.

Status Gunung Papandayan Meningkat Dari Waspada Menjadi Siaga Meletus

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi meningkatkan status Gunung Papandayan dari Waspada menjadi Siaga sejak Sabtu (13/8/2011) pukul 04.00. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengatakan peningkatan status itu dilatarbelakangi dengan aktivitas data visual dan instrumental Papandayan. Data visual ini seperti menyebarnya gas di Kawah Welirang, Manuk, dan Baladagama. Sedangkan peningkatan data instrimental dilihat dari peningkatan gempa vulkanik, gempa tektonik lokal, dan deformasi gunung.
“Kami mengharapkan masyarakat tetap tenang menghadapi kejadian ini dan harus selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat,” kata Surono Masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 Kilometer dari kompleks kawah Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, mulai Sabtu (13/8/2011). Saat ini, status Gunung Papandayan ditingkatkan dari Waspada ke Siaga.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono mengatakan masyarakat diharapkan tenang dan tidak terpancing isu menyesatkan. Ia meminta masyarakat senantiasa mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut dan Ba dan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi meningkatkan status Gunung Papandayan dari Waspada menjadi Siaga sejak Sabtu pukul 04.00. Surono mengatakan peningkatan status itu dilatarbelakangi dengan aktivitas data visual dan instrumental Papandayan. Data visual ini seperti menyebarnya gas di Kawah Welirang, Manuk, dan Baladagama. Sedangkan peningkatan data instrimental dilihat dari peningkatan gempa vulkanik, gempa tektonik lokal, dan deformasi gunung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi memprediksikan tiga skenario potensi bencana di Gunung Papandayan, Garut, yang saat ini statusnya siaga. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencan a G eologi (PVMBG) Badan Geologi Surono, Sabtu (13/8/2011), di Bandung, mengatakan potensi pertama adalah erupsi freatik secara tiba-tiba disertai keluarnya gas beracun atau terjadinya erupsi gas terarah (directed lateral blast ) .
Potensi kedua longsoran tebing di sekitar kawah Gunung Papandayan yang dapat memicu terjadinya lahar. Sedangkan potensi ketiga adalah terjadinya lahar hujan jika terjadi hujan lebat. Saat ini terpantau adanya penumpukan material hasil erupsi sebelumnya yang tercatat sekitar 3 juta meter kubik , di hulu Sungai Cibere um dan Sungai Ciparugpug.
Meningkatnya status Gunung Papandayan di Garut menjadi waspada, diantisipasi seluruh instansi pemerintahan di Kabupaten Garut dengan menyiapkan strategi penanganan bencana, bila sewaktu-waktu gunung tersebut meletus. Komandan Dandim 0611 Garut, Letnan Kolonel ART Edi Yusnandar menyiapkan langkah-langkah penanganan bencana bila suatu saat terjadi letusan.
“Saat ini kita sudah mengintruksikan Satkorlak PB di Kabupaten Garut dengan melarang warga mendekati kawah gunung papandayan sekitar 1 km jaraknya, karena dianggap berbahaya,” ungkap Dandim Garut, Rabu (3/11/2010). Tim Satkorlak PB Kabupaten Garut beserta Kodim 0611 Garut, telah melakukan pemetaan terhadap lokasi evakuasi yang dirasa aman jika mendadak terjadi peningkatan aktifitas Papandayan.
“Setelah dilakukan survei oleh tim kemarin, kita melihat adanya aktifitas bergejolak terhadap kawah lama yang meletus tahun 2002 lalu, bahkan kawah baru yang terbentuk saat letusan 2002 kini bau belerang yang sangat menyengat,” ujarnya.
Untuk saat ini pihak Pemkab Garut dan TNI belum menyiapkan Posko secara khusus, yang dilakukan pemerintah saat ini menggelar Patroli guna memantau aktiftas Papandayan. “Kalau untuk posko secara khusus di lokasi Gunung Papandayan, belum kita siapkan, namun untuk Patroli kita sudah tingkatkan sejak lima hari terakhir guna memantau aktifitas Papandayan,” terang Dandim Garut.

Gunung Semeru Mengeluarkan Materi Pijar Vulkanik dan Dalam Status Waspada Meletus

Gunung Semeru dikabarkan sering melontarkan material pijar dari kawah Jonggring Saloka. Hal itu berdasarkan surat laporan bulanan petugas Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.
Surat yang ditandatangani Ketua Pos Pengamatan Gunung Semeru Suparno tersebut diterima Pemerintah Kabupaten Lumajang, Senin, 8 Agustus 2011.
Dalam surat yang dibaca Tempo, Selasa, 9 Agustus 2011, dari sumber di pemerintahan menyebutkan, pada saat letusan atau embusan dari kawah Jonggring Saloka, sering disertai lontaran material vulkanik berupa batu-batu yang dalam istilah vulkanologi disebut bom vulkanik.
Karena itu, para pendaki dilarang mendekati kawah dalam radius satu kilometer termasuk puncak Mahameru. Dalam surat itu, juga disebutkan masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas di wilayah sejauh empat kilometer di seputar lereng Tenggara kawah aktif. Kawah itu merupakan bukaan kawah Semeru (Jonggring Saloka) sebagai alur luncuran awan panas guguran.
Dalam poin lain rekomendasi itu disebutkan, bahwa masih banyaknya endapan material lepas, hasil embusan terdahulu di sekitar kawah dan puncak.
Jika terjadi hujan di puncak, masyarakat yang bermukim di dekat bantaran sungai dan yang beraktivitas di dalam sungai Besuk Bang, Besuk Kembar dan Besuk Kobokan diharap selalu berhati-hati karena dapat terancam bahaya sekunder (aliran lahar).
Namun, kendati demikian, status aktivitas Gunung Semeru tetap di level waspada. Status tersebut ditetapkan setelah melalui hasil pengamatan secara visual serta kegempaan gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut itu.
Berdasarkan pengamatan visual, semburan material dalam bulan ini sering terjadi. Selain itu, tiga kali terdengar suara letusan keras hingga menggetarkan jendela kaca.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Pemerintah Kabupaten Lumajang Rochani mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk menjaga agar rekomendasi tersebut benar-benar dipatuhi masyarakat.

Gempa Hebat Sebesar 5,5 Skala Ritcher Guncang Sukabumi

-Gempa berkekuatan 5,5 Skala Richter mengguncang wilayah Sukabumi, Jawa Barat dan sekitarnya.
Informasi yang dihimpun ANTARA News dari Badan Meteorologi, Klimatolotgi dan Geofisika (BMKG) gempa tersebut WIB, 7.52 LS,106.43 BT, 86 km Barat Daya Sukabumi dengan kedalaman 30 Km, namun gempa tersebut tidak berpotensi gelombang pasang atau tsunami.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Perry A Furqon gempa yang terjadi pada pukul 15.23 WIB dengan kekuatan 5,5 SR pihaknya belum mendapatkan laporan adanya kerusakan, tetapi dari informasi, gempa tersebut cukup terasa hampir di seluruh daerah.
“Kami masih melakukan peninjauan dan memantau perkembangan tapi sampai saat ini kami belum menerima laporan adanya kerusakan,” kata Perry kepada ANTARA News, Minggu.
Rojab Asy, warga Kecamatan Warungkiara, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi mengatakan warga berhamburan ke luar rumah saat gempa.
“Gempa terasa cukup kencang dan sempat membuat panik warga sekitar, bahkan yang berkendaraan pun khususnya sepeda motor berhenti dahulu,” katanya.

Siang Hari Pulau Samosir Di Danau Toba Diguncang Gempa Besar Skala 3,5 Ritcher

Pulau Samosir, yang berada di tengah-tengah Danau Toba, Sumatera Utara, diguncang gempa berkekuatan 3,5 Skala Richter (SR), Jumat (22/7) pukul 11.14 Wib. Gempa tersebut menimbulkan kepanikan warga, namun belum ada laporan korban dan kerusakan bangunan akibat kejadian tersebut.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Hendra Suwarta mengatakan, gempa berpusat di 15 kilometer Barat Daya Pangururan, ibu kota Kabupaten Samosir atau sekitar 184 km arah Selatan Kota Medan. Kedalaman gempa 10 km berada pada 2,5 Lintang Utara (LU) dan 98,6 Bujur Timur (BT). “Karena pusat gempa tidak dalam, sehingga gempa sangat dirasakan warga. Warga banyak yang kaget,” kata Hendra.
Kota Gunung Sitoli, Tarutung, Samosir, dan Danau Toba, Sumatera Utara, Kamis pagi pukul 07.36 WIB hingga 18.20 WIB terjadi gempa berkekuatan 3,4 hingga 3,9 Skala Richter (SR), namun tidak ada laporan kerusakan.
Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Badan Metereologi Geofisika (BMG) Wilayah I Sumut, Heron Tarigan melaui stafnya Lewi ketika dikonfirmasi wartawan Antara di Medan, membenarkan terjadinya gempa di Gunung Sitoli, Tarutung, Samosir, dan Danau Toba.
Menurut Lewi, gempa di Gunung Sitoli terjadi pada pukul 07.3 WIB berkekuatan 3,9 SR, dan pusat gempa sekitar 0,99 Lintang Utara (LU), dan 97,56 Bujur Timur (BT) dengan kedalam mencapai 35 kilometer. Gempa tersebut sekitar 32 kilometer Barat Daya (BD) Gunung Sitoli. Sedangkan gempa di Tarutung pukul 09.01 WIB berkekuatan 3,6 SR, dan pusat gempa sekitar 1,1 LU, dan 99,01 BT, dengan kedalaman mencapai 21,3 kilometer.
Gempa tersebut barada di darat sekitar 13 kilometer Tenggara Tarutung. Selain itu, katanya, gempa di Samosir pukul 10.43 WIB berkekuatan 3,4 SR, dan pusat gempa 2,47 LU, dan 98,90 BT, dengan kedalaman 144 kilometer. Gempa tersebut berada sekitar 4 kilometer Timur Laut Samosir.
Gempa yang terjadi di Danau Toba, pukul 18.20 WIB berkekuatan 2,5 SR, dan pusat gempa sekitar 2,92 LU, dan 98,63 BT, dengan kedalaman mencapai 97 kilometer. “Gempa tersebut berada di kawasan Danau Toba, Kabupaten Samosir,” ujarnya
Gempa berkekuatan 3,5 skala Ritchter, Jumat (22/7) sekitar pukul 11.14, menguncang Pulau Samosir, Sumatera Utara, dan menimbulkan kepanikan warga. Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Hendra Suwarta mengatakan, gempa berpusat di 15 kilometer barat daya Pangururan, ibu kota Kabupaten Samosir di 2,5 LU dan 98,6 BT, kedalaman 10 km. “Karena pusat gempa tidak dalam, gempa sangat dirasakan warga. Warga banyak yang kaget,” tutur Hendra. Belum ada laporan kerusakan dan korban atas kejadian itu.